Sport low end, dijadikan amunisi sebagai segmen alternatif bebek jantan, Nilai sportnya lebih dijual oleh Suzuki, sehubungan dengan dimensi dan gaya berkendara yang didapat. Sedang konsep mesinnya lebih mengejar ke nilai endurance serta irit dalam pemakaian BBM. Maka Thunder 125, di beberapa daerah sempat mengganjal penjualan bebek jantan.
Paling menetukan juga nilai geografisnya, Thunder 125 diklaim bandel di tanjakan. Selain itu juga berpeluang untuk memikul beban berat pada gaya berkendara yang dominan dilakukan pengendara. Sisi lain performa kecepatan juga memuaskan untuk kapasitas mesin 125 nya, sebab ditunjang oleh diameter silinder lebih besar 57 mm dengan stroke 48,8 mm.
Dari tipikal mesin yang menganut over square ini pengendara dituntut untuk mengolah power mesin lebih tepat. Dalam arti untuk menjangkau top speed, pemakaian gigi 3 dan 4 mesti digeber pada jangkauan lebih panjang.
“Dengan begitu mesin jadi lebih sering berada di over power. Sedang kalau ditinjau dari segi ketahanan mesin hal ini tak boleh dilakukan keseringan”, urai Cak Mad sesepuh Suzuki Surabaya.
Lalu bagaimana menanggapi gaya bawaan Thunder 125 kalau faktanya dilakukan seperti itu? Dan setelah memasuki masa 4 tahun, perangkat apa saja yang perlu dilakukan pemeriksaan? Bagaimana jadinya ketika penanganan bergaya metode lama ciri khas cak Mad ditransfer ke sport modern macam Thunder 125? Berikut penjelasannya :
SUBTITUSI KAMPAS KOPLING
Sodokan power mesin dari tipikal mesinnya yang menganut jenis over square mesti kompak ditransfer ke pinion shaft dan counter shaft trus ke roda. Kampas kopling orsi sudah bagus, tak ada salahnya kalau pingin diupgrade.
Alternatif lain bisa memakai kampas kopling Suzuki RG-R, sebab firodonya lebih rapat. Dari kapasitas bawaan mesinnya yang lebih besar, nilai friksi yang didapat lebih bagus dengan tingal selip lebih minim.
Termasuk pegas kopling bawaan Thunder 125, cenderung lembek, belum lagi terkena imbas suhu panas mesin. Bisa disiasati dengan mengganti pegas kopling kompetisi. Pilih yang memiliki tipikal pegas lebih tinggi dan tegangan balik pegas lebih kuat. “Alternatif lain, bisa mengganjal dengan tutup atas pegas katup atau retainer valve”, trik cak Mad.
FINAL GEAR
Memang kebutuhan pengendara penunggang sport bervariatif, ada yang sekedar buat jalan jauh, ada pula yang sering dipakai memikul beban berat. Dari gaya berkendara ini, minimal final gear perlu diseting ulang agak konsumsi BBM tak boros.
Maka, perbandingan standar 14-45, bisa dijadikan 13-45 atau 14-46. Gir depan 13 mata, dapat dibuat sendiri di tukang bubut dengan bahan gir depan Honda Grand. Dan gir 46 mata, bisa dikanibal dari Yamaha RX-Z, letak dudukan bautnya sama denga tromol dudukan gir Thunder 125. Jadi langsung pasang.
“Prinsipnya, makin ringan nya perbandingan final gear untuk konsumsi memikul beban berat jadi lebih irit. Dan ketika final gear berat, kecepatan di top speed nya jadi bertambah”, yakin cak Mad.
BORE UP
Performa mesin juga dibuat galak, memungkinkan sekali sih untuk dilakukan. Bayangin saja, diameter piston orsinya sudah 57 mm.Range disitu banyak pilihan, paling ideal bisa pakai piston Tiger 63,5 mm dengan kolter cuman butuh 6,5 mm, jadi detailnya liner butuh pelebaran (6,5 : 2) = 3,25 mm.
Kemudian tinggal memodif pin piston, pakai sistem sok dan ganjal paking 3 mm agar perbandingan kompresi tak terlalu bengis dan aman dipakai harian.
KARET JOINT KARBU
Jangan cuman diperiksa dari fisik luarnya saja, kalau kebetulan lagi bongkar-bongkar karbu, lepas juga karet joint karbu. Sesuai dengan fakta, gejala getas pada karet joint karbu sering terjadi pada sisi dalam. Dimulai dari gejala keriput dan berlanjut ke pecah-pecah. Memang saat ini belum ada trik untuk menyiasatinya dan hal ini juga rata terjadi pada motor sport yang memakai joint karbu model karet sebagai media dudukan karbu. “Mengamankannya, hanya bisa dilakukan dengan pengecekan rutin kondisi karet joint karbu lebih detail. Agar tetap nyaman saat berkendara”, saran cak Mad.
MASTER REM KERAS
Wajar terjadi di motor sport, untuk membendung speed. Problem demikian ini jadi kurang nyaman, tuas master rem jadi terkesan berat, step pengereman mulai minim dan sedang susah dilakukan. Sehingga dalam pemakaiannya, maunya kerja master rem dipaksa mentok tarikannya. Kalau sampai mengalami problem ini, cukup bongkar master rem.
Pertama tap keseluruhan minyak rem, setelah bersih lepas tuas rem dan keluarkan piston master rem serta sil nya. Gosok pakai water proof #600 tipis-tipis di permukaan piston master serta silinder. Kemudian saat pemasangannya, lapis dengan olesan minyak rem serta vet bagian piston dan sil agar tak kering, bagian silinder berikut pistonnya.
TANGKAL LETUSAN SAAT DESELERASI
Sering terjadi ketika Pulsed Secondary Air Injection System (PAIR), alat bantu untuk menekan emisi gas buang, prinsipnya udara bersih dari luar dihisap dengan azas vakum dengan bantuan membran yang dilengkapi dengan stopper dan dilepas bersamaan dengan langkah buang ketika tejadi tekanan negatif pada lubang buang. Dan hal ini terjadi berulang-ulang, seiring mesin hidup, agar gas buang tak pekat lagi.
Penyimpangan yang terjadi, kadang tinggi bukaan stopper daun membran jadi lebar, sehingga pas deceleration terjadi letusan macam miss fire. Sebagian orang menganggap risih hal ini. Kalau sampai mengalami hal ini cukup benahi stopper daun membrannya, lewat merapatkan bukaannya. “Cukup jadikan 2 mm, serta bersihkan kerak yang berada di sekeliling pipa PAIRS”, detail cak Mad.
*disalin dari artikel tabloid OTOTREND, Edisi 498 | Minggu IV November 2010